Unit 2 
Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar
1.    Standar Kompetensi
1.1       Mampu menjelaskan hakekat strategi pembelajran, disiplin kelas;
1.2       menjelaskan karakterisrtik pembelajaran di SD;
1.3       menjelaskan model-model pembelajaran;
1.4       menjelaskan prosedur pembelajaran;
1.5       menjelaskan kriteria pemilihan dan penggunaaan metode mengajar;
1.6       menjelaskan kriteria pemilihan media pembelajaran;
1.7       menjelaskan keterampilan dasar mengajar;
1.8       menerapkan keterampilan dasar mengajar;
1.9       menerapkan fungsi kegiatan remidial dan pengayaan;
1.10   menerapkan pengelolaan kelas;
1.11   menerapkan dsisplin kelas; dan
1.12   menjelaskan pembelajaran yang efektif.
2.    Kompetensi Dasar
2.1     Menjelaskan pengertian belajar
2.2     Menjelaskan hakekat belajar
2.3     Mengidentifikasi karakteristik belajar
2.4     Menjelaskan tahapan perkembangan psikologi anak
2.5     Menjelaskan kegiatan pembelajaran
3.    Indikator
3.1     Menjelaskan pengertian belajar
3.2     Menjelaskan hakekat belajar
3.3     Mengidentifikasi karakteristik belajar di SD
3.4     Menjelaskan tahapan perkembangan psikologi anak SD
3.5     Menjelaskan kegiatan pembelajaran di SD
4.    Materi Pembelajaran
4.1  Pengantar
Pada dasarnya tugas utama dari seorang guru adalah mengajar. Dimana mengajar pada hakekatnya adalah membelajarkan siswa dimana seorang guru berperan aktif dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk belajar. Dalam proses pembelajaran digunakan sebuah strategi-strategi pengajaran yang tepat agar siswa mau untuk belajar.

4.2  Pengertian Belajar
Banyak pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar. Banyak tokoh mengartikan apa yang dimaksud dengan belajar dan pengartiannya pun tidak sama. Berikut adalah pengertian belajar dari beberapa tokoh :
“Menurut Di Vesta dan Thompson (1970) mengartikan,  bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.”
“Menurut Gagne (1984) mengartikan, bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”
“ Menurut Moh. Surya (1997) mengartikan, bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.”
Dari pengertian tersebut terdapat ciri pokok dari belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman .
4.3 Hakekat Belajar
Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut.
·         belajar adalah perubahan tingkah laku;
·         perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
·         perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama
Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa,agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinyaguru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaranyang ada, yang paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan ( Arief Sukadi 1984:8) dan terkontrol. Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.
Dengan kata lain Tujuan pendidikan secara operasional adalah memberikan pembelajaran bagi siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap bagi dirinya (sesuai dengan kebutuhan hidupnya). Dari tujuan tersebut memunculkan aktivitas belajar yang  didefinisikan sebagai Proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu proses pengalaman, baik intelektual, emosional maupun fisik. Berdasarkan tinjauan ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dihasilkan dari pengamatan, penghayatan, berpikir atas masalah-masalah yang ada dilapangan riil, juga memunculkan istilah belajar yang berarti belajar harus berangkat dari masalah riil.
Terdapat 4 pondasi yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu leraning to know, leraning to do, learning to live together, dan learning to be.
Learning to know artinya belajar untuk mengetahui, dimana belajar menargetkan siswa untuk melakukan pemahaman dan mengetahui apa yang sedang ia pelajari. Sehingga nantinya belajar dapat merangsang dan menyadari bahwa belajar adalah proses berkelanjutan.
Learning to do artinya belajar untuk berbuat, dimana belajar menargetkan kita untuk melakukan sebuah proses. Dimana prose situ menuntut kita untuk melakukan sebuah tindakan.
Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama, dimana belajar menargetkan kita untuk memiliki kemampuan hidup bersama. Dalam hal ini siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang bagaimana cara hidup bermasyarakat di lingkungannya.
Learning to be artinya belajar untuk menjadi, dimana  belajar menargetkan kita untuk menjadi seorang individu yang mandiri yang nantinya menjadikan kita individu yang utuh sesuai potensi, bakat, minat dan kemampuannya.
Dalam proses belajar dipengaruhi 2 faktor yaitu intern dan eksterrn. Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar (intern) seperti kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan, dan kebiasaan siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi terhadap hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik, lingkungan nonfisik, lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program dan disiplin sekolah, program dan sikap guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.
4.4  Karakteristik Proses Belajar dan Tahapan Perkembangan Siswa di Sekolah Dasar

A.Karakteristik Proses belajar di Sekolah Dasar
            Teori belajar yang diimplementasikan ketika proses belajar akan mempengaruhi bahan yang dipelajari, proses yang dilaksanakan dan hasil yang diharapkan. Proses belajar sangat dipengaruhi oleh pendekatan atau startegi pembelajaran yang dituntut dalam kurikulum saat ini adalah proses yang memaksimalkan semua potesnsi yang dimiliki siswa.
a. Teori belajar
Terdapat beberapa teori yang dapat dipertimbangkan dalam proses pembelajaran di SD.
            1) Teori Belajar Disiplin Mental
Karakteristik teori belajar ini menganut prinsip bahwa manusia memiliki kemampuan daya mental untuk mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir, dan sebagainya (potensi dan kemampuan) yang dapat dilatih dan dikembangkan. Hal ini biasa dilakukan oleh siswa SD kelas rendah.
2) Teori Belajar Asosiasi
Teori belajar ini menitikberatkan pada perubahan perilaku yang menekankan pada pola perilaku yang baru yang dilakukan berkali-kali sehingga menjadi sebuah rutinitas atau kebiasaan.  Dimana teori ini menonjolkan stimulus-respons yang membentuk kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol. Untuk melakukan kontrol dalam membentuk kemampuan siswa terdapatnya hukuman (punishment) dan ganjaran (reward) . Karakteristik teori ini adalah menekankan perubahan perilaku yang terkontrol dan terukur, adanya ganjaran dan hukuman, adanya perencanaan mengajar yang khusus, serta  mengabaikan kemampuan berfikir siswa.
Dalam proses belajar ini perlunya pengkondisian dari guru, seperti :
a. mempersiapkan tujuan secara terukur, sistematis dan terarah,
b. mempersiapkan strategi pembelajaran secara teliti,
c. mempersiapkan ganjaran dan hukuman,
d. melakukan stimulus-stimulus di awal pembelajaran,
e. tidak terlalu memperhatikan kemampuan psikologis dan intelektual siswa.
            3) Teori Insight
Teori belajar ini berusaha untuk mengubah pemahaman siswa dimana siswa akan menggunakan lingkungan sekitarnya sebagai lahan belajar. Sehingga siswa dituntut untuk eksploratif, imajinatif dan kreatif dalam mencari informasi sebuah kejadian di sekitarnya. Informasi tersebut digunakan untuk bahan pelajaran yang kemudian diolah menjadi sebuah prinsip.
           
b. Tipe Belajar
Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal dan optimal kita perlu mengenal beberapa tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne yaitu :
1. Signal learning (belajar melalui syarat),
2. Stimulus-respon learning (belajar melalui rangsangan dan tindak balasan),
3. Chaining learning (belajar melalui perangkaian),
4. Verbal association learning (belajar melalui perkaitan verbal),
5. Discrimination learning (belajar melalui membeda-bedakan),
6. Concept learning (belajar melalui konsep),
7. Rule learning (belajar melalui aturan-aturan),
8. Problem solving learning (belajar melalui pemecahan masalah).

c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah puncak dari sebuah proses belajar. Dimana hasil belajar menunjukkan perubahan perilaku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari. Menurut Romizoswki (1982) menyebutkan skema hasil belajar menunjukan kemampuan seperti :
1. menunjukan keterampilan kognitif berkaitan dengan kemapuan memecahkan masalah dengan pemikiran yang logis,
2. menunjukan sikap tanggap dengan situasi yang ada,
3. menunjukan keterampilan yang tanggap terhadap hal yang berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan kontrol diri.
4. menunjukan kemampuan keterampilan dalam memimpin dan kemampuan berinteraksi sosial.

B.Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar merupakan individu yang unik yang memiliki karakteristik khas dan spesifik. Pada hakikatnya siswa itu akan tumbuh dan berkembang. Dalam dunia pendidikan perkembangan siswa merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam proses belajar. Perkembangan siswa sekolah dasar termasuk pada masa pertengahan. Tahapan-tahapan perkembanganan siswa tersebut dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan perkembangan motorik.
2. Perkembangan Sosial
Perkembangan ini berkaitan sebagaimana peran social setiap siswa sebagai pribadi individu dan pribadi bermasyarakat.
3. Perkembangan Bahasa
Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan siswa dimana ia telah mampu memnggunakan bahasa secara halus dan kompleks.
4. Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk bersikap disiplin dan berorientasi pada peningkatan berfikir secara logis maupun manipulatif.
5. Perkembangan Moral
Perkembangan ini berkaitan dengan bagaimana siswa untuk memutuskan tindakan bahwa yang dilakukannya adalah perbuatan baik.
6. Perkembangan Ekspresif
Perkembangan ini berkaitan dengan keaktifan siswa dalam berekspresi dalam kegiatan yang sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.
7. Aspek-aspek Inteligensi
Dalam kehidupan sehari-hari intelegensi itu tak berfungsi secara murni. Namun setiap individu mempunyai kemampuan dalam mencapur 7 bidang itelegensi yang terus ditumbuhkembangkan pada setiap diri manusia. Aspek intelegensi tersebut antaranya adalah :
a. Intelegensi linguistis,
b. Intelegensi logis-matematis,
c. Intelegensi spasial,
d Intelegensi musik,
e. Intelegensi fisik-kinestetik,
f.. Intelegensi intrapribadi,
g. Intelegensi Interpribadi.
8. Aspek Kebutuhan Siswa
Dimana aspek ini sebagai bahan pertimbagan dalam menentukan materi yang akan dipelajari siswa sesuai kebutuhan siswa, baik kebutuhan psikobiologis maupun kebutuhan social.

C. Tahapan perkembangan psikologi anak SD

Tahap perkembangan psikologi anak dimulai ketika anak sudah dapat berfikir secara logis serta membuat keputusan entang apa yang dihubungkanya secara logis. Perkembangan ini biasanya dimulai pada anak siap memasuki sekolah dasar. Masa perkembangan psikologi ini meliputi :
a.       Masa kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 7-9 tahun

Sifat anak pada masa ini sepeti berikut :
1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
2) Sikap tunduk kepada peraturan permainan yang tradisional.
3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4) Suka membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggap tidak penting.
6) Pada masa ini (terutama usia 7,0 - 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka raport) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

b.      Masa kelas tinggi sekolh dasar kira-kira umur 10,0 – 12,0 tahun.

Sifat anak pada masa ini seperti berikut :
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis.
2) Amat realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.
3) Pada masa ini, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
Ciri-ciri pribadi anak:
1) Kritis dan realitis.
2) Banyak ingin tahu dan suka belajar.
3) Ada perhatian terhadap hal-hal yang praktis dan kongkret dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mulai timbul minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu.
Anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar.

4.5  Karakteristik Pembelajaran di Sekolah dasar

A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah
Anak kelas rendah adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu. Tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia SD, yaitu:
1.       Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar dimulai dari hal-hal yang yang bersifat nyata yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan dalam belajar akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Karena Cara belajar anak SD untuk kelas rendah masih bersifat kongkrit maka pelaksanan pembelajaranya diupayakan sedemikian rupa sehingga anak banyak melakukan kegiatan belajar melalui pengalaman langsung.
2.      Integratif
Pada tahap usia SD anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3.      Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. Pembelajaran di SD perlu memperhatikan landasan psikologis yang mendasari perilaku belajar anak. Sebagai seorang guru SD yang profesional Anda perlu memahami secara mendalam tentang kajian psikologis dan teori belajar agar dapat mengaplikasikannya dalam berbagai peristiwa belajar, serta mampu memecahkan masalah pada saat siswa mengalami kesulitan dalalam belajar.

B. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Tinggi
             Karakeristik perkembangan berfikir anak usia kelas 4, 5, 6, sebagaimana telah kita bahas di muka memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran yang harus dirancang. maka siwa kelas tinggi maka siswa kelas 4, 5, 6 anak perlu dikondisikan untuk dapat melakukan berbagai kegiatan yang menatang dan siswa sudah mulai melakukan percobaan atau eksperimen dan belajar memecahkan masalah. Dengan cara itu anak dapat membangun pengetahuan melalui penalaran abstrak dan konkret atau deduktif dan induktif.
Penerapan berbagai kegiatan belajar di kelas tinggi adalah Upaya guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi diperlukan penguasaan bahan yang optimal, kemampuan memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang relevan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan dituntut kepiawaian guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menantang bagi siswa pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mapu memilih dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Guru harus menguasai ragam strategi ataupun metoda yang dapat membelajarkan siswa. Di kelas tinggi menuntut guru untuk mampu menguasai multi metode dan multi media, menciptankan atau mengorganisir lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar penuh tantangan, mampu memecahkan masalah, mengelola kelas dan menggunakan media sumber belajar yang bervariasi. Sementara itu ada beberapa perilaku yang sangat membantu pencapaian pembelajaran yang efektif.

4.6  Penerapan kegiatan pembelajaran di SD
Upaya guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi diperlukan penguasaan bahan yang optimal, kemampuan memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang relevan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan dituntut kepiawaian guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menantang bagi siswa pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mapu memilih dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Guru harus menguasai ragam strategi ataupun metoda yang dapat membelajarkan siswa. Sebagaimana dikemukakan Udin Wiranataputra (1997) Penerapan metode apa pun di kelas targetnya hanya satu yakni proses belajar siswa. Oleh karena itu dalam menerapkan metode kita harus selalu berpegang pada tercapainya intensitas belajar siswa secara optimal. Proses belajar dinilai optimal bila melahirkan perubahan perilaku secara bermakna. Ausubel (1974) merumuskan bahwa proses belajar dinilai bermakna (meaningful) bila dalam diri siswa terjadi perpaduan belajar awal atau kemampuan awal (entry behavior) dengan materi baru. Atau bila memakai formula Piaget (1986) proses belajar dapat dinilai optimal bila terjadi mekanisme proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi secara harmonis dan menghasilkan kemantapan skemata dalam pikiran.  

Berbagai temuan penelitian seperti dicarikan oleh Borich (1988) menunjukkan ada sejumlah perilaku guru yang besar sekali kontribusinya terhadap pembelajaran yang efektif sebagai berikut.

1. Kejernihan sajian guru
2. Variasi dan fleksibilitas panyajian
3. Tingkat orientasi guru pada pencapaian tujuan
4. Jumlah waktu yang dapat disediakan guru agar sebagian besar aktivitas siswa tercurah pada kegiatan akademik
Sementara itu Crowford dkk (1978) dalam Borich (1988) mengidentifikasi enam butir penting bagi guru sebagai berikut. Guru seyogyanya memiliki sistem aturan yang memungkinkan siswa dapat memenuhi kebutuhan personal dan prosedural secara bebas (Stalling & Kaskowitz, 1974; Brophy & Everston, 1974), misalnya kapan siswa diberi kesempatan bertanya. Guru seyogyanya menguasai kelas dan memonitor serta berkomunikasi mengenai kemajuan belajar siswa, misalnya dapat mengendalikan perilaku siswa (Stalling & Kaskowtz, 1974; Mac Donald, Elias, Stone, Wheeter & Lambert, 1975). Pada saat siswa bekerja secara mandiri guru harus berupaya agar tugas yang diberikan benar-benar bermakna dan mudah diselesaikan tanpa tergantung pada guru, misalnya mencari pengertian kata-kata tertentu dari kamus. (Stalling & Kaskowtz, 1974; Mac Donald, et al, 1975). Guru seyogyanya menekan sekecil mungkin atau mengurangi pemberian arahan dan pengaturan kelas secara lisan. Lebih baik buat jadwal kegiatan tertulis yang dapat dibaca oleh semua siswa, misalnya Cobalah atur tempat dudukmu oleh masing-masing kelompok. (Mac Donald et al, 1973). Seyogyanya guru memanfaatkan banyak sumber belajar dan lembar kerja yang dapat digunakan oleh siswa sesuai dengan kemampuannya. (Stalling & Kaskowtz, 1974; Brophy & Everton, 1976). Guru seyogyanya menghindari menandai dan mengatasi secepatnya perilaku menyimpang sebelum merembet kepada siswa lain. (Brophy & Everton, 1974, 1976). Mencermati kutipan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa hakikat pembelajran di kelas tinggi menuntut guru untuk mampu menguasai multi metoda dan multi media, menciptankan atau mengorganisir lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar penuh tantangan, mampu memecahkan masalah, mengelola kelas dan menggunakan media sumber belajar yang bervariasi. Sementara itu ada beberapa perilaku yang sangat membantu pencapaian pembelajaran yang efektif sebagaimana dikemukakan Borich (1978) dalam Udin Wiranataputra (1997)sebagai berikut.  
1. Pemanfaatan pendapat siswa, contoh “Tadi oleh Eri dikemukakan bahwa mandi secara teratur sangat penting”.
2. Pengarahan atau pemberian tuntunan, contoh “Marilah sekarang kita bersamasama memperlihatkan peta ini.Coba mana yang temasuk teluk”?
3. Penggunaan keterampilan bertanya contoh “Siapa Pangeran Diponegoro? Mengapa ia berperang melawan Belanda?”
4. Pelacakan gagasan siswa (Probing), contoh “ apa yang kau lihat pada saat Gerhana? Selain itu apa lagi? Dan seterusnya”.
5. Antusiasme atau semangat gairah, contoh “Ibu senang sekali melihat pekerjaan kalian dan seterusnya.”
Semua hal tersebut di atas perlu kita maknai secara cermat sebagai ramburambu bagi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran di MI.
Dari sudut siswa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana di dasarankan oleh Harmin (1974) dalam Udin Wiranataputra (1997) sebagai berikut.
1. Siswa harus merasa percaya diri dan siap belajar.
2. Siswa harus lebih banyak terlibat dalam proses.
3. Siswa harus dapat mengatur dan memotivasi sendiri.
4. Siswa harus merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan siswa lain.
5. Siswa harus selalu trengginas dan siaga terhadap segala hal yang akan terjadi dalam proses belajar.
Mencermati urian tersebut beberapa hal yang harus dimiliki berkenaan dengan pembelajaran siswa di kelas tinggi yakni siswa sebagai subyek belajar harus memiliki percapaya diri, aktif, mampu berkomunikasi dan memiliki motivasi dan kesiapan dalam belajar.  















DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Drs. H. Muhammad Ali. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo bandung.
Moedjiono. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikhub Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kerja Kependidikan.
Sri Anitah W, DKK. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Tim Pengembangan MKDK Kurpem. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Publikasi Jurusan Kurikulum Teknologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia


edit post

1 Reply to "Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar"

  • Unknown on 25 Juni 2014 pukul 23.35

    Maju terus pembelajaran SD!
    Salam, Pembelajaran SD.

     
  • Posting Komentar