Unit 10
Menerapkan Pengelolaan Kelas
1.
Standar
Kompetensi
1.1 Mampu
menjelaskan pengertian pengelolaan
kelas;
1.2 menjelaskan
tujuan pengelolaan kelas;
1.3 menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan kelas;
1.4 menjelaskan
kriteria pemilihan dan penggunaan metode mengajar;
1.5 menjelaskan
kriteria pemilihan media pembelajaran;
1.6 menjelaskan
keterampilan dasar mengaj
2.
Kompetensi
Dasar
2.1 Menjelaskan
konsep dan prinsip dalam
pengelolaan kelas
3.
Indikator
3.1 Menjelaskan
konsep dan prinsip pengelolaan
kelas
3.2 Menjelaskan
ketrampilan pengelolaan kelas
3.3 Menjelaskan
komponen-komponen pengelolaan kelas
4.
Materi
pembahasan
4.1 Pengantar
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran,
seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan
ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau
penetapan norma kelompok yang produktif. Peningkatan mutu pendidikan akan
tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas
benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang diharapkan. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan
peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal
4.2
Isi
4.2.1
Komponen-komponen
dalam mengelola kelas
1.
Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan
perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur bila siswa
melakukan tindakan menyimpang, memberikan penguatan (reinforcement).
2.
Keterampilan
yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu
berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan
maksud agar guru dapat melakukan tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi:
a.
Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya
menganalisis tingkah laku siswa yang
mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut
dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b.
Guru
menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar
tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok.
c.
Menemukan dan
memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
4.2.2
Peran Guru dalam pengelolaan
kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh
karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai
demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan
fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
a) Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok
yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang
memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan
menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan
bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya
sebagian besar akan ditiru oleh
siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan
bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai Evaluator
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena
setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif
maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi.
Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
- Mengetahui - Mengerti -
Mengaplikasikan - Analisis - Sintesis (analisis dalam berbagai
sudut) – Evaluasi.
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga
hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk
mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling
penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik
efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan
dengan berbagai proses instrument harus terbuka
c) Guru Sebagai
Pengelola Kelas
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma
guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru
Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam
memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi
segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran
d)
Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga
media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai
sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai
beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus
pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami
pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang
pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat
diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas
sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.
4.2.3
Pengaturan kelas
Tugas utama
guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar
mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan
bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut
menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan
intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan
prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang
memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk
menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :
o Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.
o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana
yang menggairahkan dalam belajar.
o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
siswa itu sendiri.
4.2.4 Penerapan suatu sistem dalam Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas itu merupakan pembuatan
keputusan-keputusan yang direncanakan bukan keputusan-keputusan spontan
yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru, dalam keadaan marah dan
prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala sekolah dan disitu ditegur,
mungkin si guru telah tenang kembali
merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi
pelanggaran serupa oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika
demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian , ia tidak
konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah dikelas akan
menolong guru dari dilema-lema seperti
itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian
dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
1.
Teknik mendekati. Bila seorang
siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik
mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat
menghentikannya dari perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai kata
siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya
ke meja guru dapat berefek preventif.
2.
Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa
berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi
isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian
tangan.
3.
Teknik mengadakan humor. Jika
insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya
secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta
memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan
terjadi.
4.
Teknik tidak mengacuhkan.
Untuk menerapkan cara ini guru harus
lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam
kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa
untuk di perhatikan.
5.
Teknik yang keras. Guru dapat
menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia di hadapkan pada perilaku disruptif
yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya
dalam kelas.
6.
Teknik mengadakan diskusi
secara terbuka. Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering guru menjadi
heran. ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan
perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang
sedikit lebih sesuai daripada sebelumnya.
7.
Teknik memberikan penjelasan
tentang prosedur. Kadang-kadang masalah kedisiplinan ada hubungannya yang
langsung dengan ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya. Kesulitan ini terjadi apbila guru berasumsi bahwa siswa memiliki
keterampilan, padahal sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama yaitu
masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
yang tidak biasa dikelas.
8.
Mengadakan analisis.
Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat
mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
4.2.5 Pendekatan Dalam Pengelolaan
Kelas
Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan
pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung
dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan
ada yang bersifat kelompok
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas, untuk menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas antara lain ialah :
Berbagai pendekatan pengelolaan kelas, untuk menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas antara lain ialah :
1.
Pendekatan Otoriter
2.
Pendekatan Permisif
3.
Pendekatan Pengubahan Perilaku
4.
Pendekatan Sosio –
Emosional.
5.
Pendekatan Proses Kelompok.
1.
Pendekatan Otoriter
Pandangan
yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila
timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka
perlu adanya pendekatan:
a.
perintah dan larangan
b.
penekanan dan penguasaan
c.
penghukuman dan pengancaman
d.
Pendekatan perintah dan larangan
2.
Pendekatan Permisif
Pendekatan
yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam peiaksanaan pengeiolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai bentuk pendekatan dalam peiaksanaan pengeiolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
a.
Tindakan pendekatan
pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari
tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar
diantaranya:
·
meremehkan sesuatu kejadian, atau
tidak melakukan apa-apa sama sekali.
·
memberi peluang kemalasan dan
menunda pekerjaan .
·
menukar dan mengganti susunan
kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya.
·
menukar kegiatan salah satu
pembelajar, digantikan oleh orang lain.
·
mengalihkan tanggung jawab kelompok
kepada seorang anggota.
b.
Pendekatan membiarkan dan memberi
kebebasan.
Pengajar
memandang pembelajar telah mampu meyakinkan sesuatu dengan prosedur yang benar.
“Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam
mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar
bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat
waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja
pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi
pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah
bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah
dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua
pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap
serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan
pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
3.
Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan
ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai
maupun yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat
dikenal prinsip-prinsip bahwa : Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan
positif maupun negatif, hukuman, penghilangan berlaku dalam proses belajar bagi
setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar sebagian atau bahkan
seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang Berlangsung di lingkungan :
a. Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran hadiah (penguatan atau pendorong).
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran hadiah (penguatan atau pendorong).
b.
Pendekatan penghukuman dan penghilangan
Teori pengubahan perilaku melalui
penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan bentuk menghilangkan perilaku
yang tidak menyenangkan disebut penghukuman untuk menghilangkan atau
meniadakan. Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan,
menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil
melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku
tertentu yang disukai.
4.
Pendekatan Iklim Sosio Emosional
Pendekatan
ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari
hubungan yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan
pembelajar. Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara
pribadi yang dipengaruhi oleh
a.
Sikap keterbukaan dan tidak berpura-pura.
b.
Penerimaan dan kepercayaan pengajar kepada
pembelajar dan sebaliknya.
c.
Rasa simpati pengajar terhadap
pembelajarnya.
5.
Pendekatan Proses Kelompok
Penggunaan
pendekatan proses kelompok ini menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang
sehat yang terdapat dalam kelas yang didukung adanya saling berhubungan antar
pembelajar dalam kelompok di kelas itu. Peranan pengajar diutamakan pada upaya
mengembangkan dan mempertahankan ke eratan hubungan antar pembelajar semangat
produktivitas, dan orientasi pada tujuan kelompok bukan tujuan pribadi.. Tujuan
utama dari pendekatan proses kelompok ini ialah membantu kelompok bertanggung
jawab atas perbuatan kelompok anggota-anggotanya dalam kegiatan kelompok
sendiri.
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :
·
Meningkatan daya tarik dan ikatan
bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap saling menghargai, komunikasi
yang tepat.
·
Mengembangkan aturan-aturan dan
norma kelompok yang menayangkan, produktif, diterima oleh semua anggota,
kompak, bersatu dan bertanggungjawab.
·
Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6
unsur yang menyangkut pengelolaan kelas melalui proses kelompok yakni harapan,
kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya.
Popham, W. James. 1992. Teknik mengajar secara sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Setiawan, Conny dkk. 1985. Pengelolaan kelas. Jakarta: Gramedia.
jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html
www.m-edukasi.web.id/2012/05/keterampilan-mengelola-kelas.html
www.m-edukasi.web.id media pendidikan indonesia