Unit 11
Menerapkan Disiplin Kelas
Standar Kompetensi :
a.
Mampu
menjelaskan hakekat strategi pembelajaran, disiplin kelas,
b.
Menjelaskan
karakteristik pembelajaran di SD,
c.
Menjelaskan
model-model pembelajaran,
d.
Menjelaskan
kriteria pemilihan dan penggunaan metode mengajar,
e.
Menjelaskan
kriteria pemilihan media pembelajaran,
f.
Menjelaskan
keterampilan dasar mengajar,
g.
Menerapkan
fungsi kegiatan rimidial dan pengayaan,
h.
Menerapkan
pengelolaan kelas,
i.
Menerapkan
disiplin kelas, dan menjelaskan pembelajaran yang efektif.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan hakekat disiplin
kelas dan strategi penanaman, penanganan disiplin kelas.
Indikator :
a.
Menjelaskan
pengertian disiplin kelas,
b.
Memberi
contoh disiplin kelas,
c.
Menjelaskan
alasan pentingnya mengajarkan disiplin kelas,
d.
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas,
e.
Mengidentifikasi
berbagai strategi untuk menanamkan disiplin kelas.
11.1 Hakikat Disiplin Kelas
Disiplin merupakan kata yang tidak
asing, sering ditakuti, terkadang memang terdengar membosankan sehingga
kedisiplinan sering dilanggar, bahkan sering dianggap sebagai hukuman.
Namun
jika dilihat dari perspektif yang berbeda, disiplin yang berasal dari kata discere, memiliki arti belajar. Jadi
disiplin berarti belajar. Seorang guru atau orang tua yang mendisiplinkan anak
didiknya, maka guru atauorang tua tersebut memberi pelajaran kapada anak
didiknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah disiplin merupakan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau
peraturan yang berlaku dan dibuat oleh suatu golongan atau kelompok, maupun
aturan tang dibuat sendiri. Mendisiplinkan juga berarti mengembalikan yang
salah kepada sesuatu yang benar dan tertib. Disiplin dengan ketertiban, jika
dilihat secara awam, merupakan dua hal yang hamper sama. Tetapi secara
harafiah, keduanya merupakan dua hal yang berurutan. Artinya, disiplin akan
terbentuk jika ada tata tertib (ketertiban) yang dibuat dan disepakati. Jadi
ketertiban itulan yang membentuk kedisiplinan (disiplin).
Dari uraian tersebut, maka dapat diperoleh
bahwa disiplin kelas merupakan keadaan tertib, dimana pendidik dan peserta
didik mematuhi dan menaati segala peraturan atau tata tertib yang berlaku di
kelas maupun sekolah dengan senang hati, dan didalamnya terjadi proses
pengendalian untuk menciptakan suasana disiplin itu sendiri.
Pernyataan
tersebut didukung oleh Suharsimi
Arikunto (dalam Chumdari dan Sutini 1996:55) yang menyatakan bahwa disiplin
kelas adalah keadaan tertib dimana guru dan murid-murd yang tergabung dalam
suatu kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah
ditetapkan dengan senang hati.
Dalam
prakteknya, disiplin kelas dapat dibagi menjadi dua jenis. Yaitu :
1.
Disiplin
kelas yang berasal dari kesadaran peserta didik sendiri.
Artinya
perilaku disiplin dating dari kesadaran masing-masing siswa tanpa perlu
diperingatkan. Namun kesadaran disiplin ini perlu dibentuk sejak dini dengan
proses yang terus menerus.
2.
Disiplin
kelas yang timbul karena adanya paksaan dari pendidik atau wali kelas.
Jenis
disiplin kelas yang timbul karena adanya paksaan, memang kurang baik. Karena
dapat menimbulkan perasaan tertekan pada peserta didik, sehingga tidak dapat
mengganggu perkembangan psikologinya, bahkan dapat menghilangkan kepercayaan
diri peserta didik, membuat siswa menjadi pemalu dan penakut.
11.2 Pentingnya Penanaman
Disiplin Kelas
Suasana
belajar yang kondusif sangat penting dalam proses pembelajaran siswa-siswi di
kelas. Sadar atau tidak, suasana belajar yang kondusif dapat menyumbangkan
hasil belajar yang lebih berkualitas. Suasana belajar yang kondusif adalah
suasana belajar yang disiplin, namun tidak monoton dan keras. Dengan kata lain
serius tapi santai.
Dapat
dilihat dalam suatu kasus seperti dibawah ini :
11.2.1
Pada gambar diatas terlihat suasana
belajar yang sangat kondusif, nyaman, dan tentunya disiplin. Kedisiplinan yang
tampak pada gambar adalah para siswa benar-benar disiplin dalam memperhatikan
materi dan tugas yang diberikan. Dan yang perlu diketahui, disiplin bukan
berarti harus memakai seragam, harus bersepatu hitam, atau memakai dasi. Tetapi
disiplin adalah bagaimana cara kita dalam menghargai dan memanfaatkan waktu
sebaik mungkin, menghargai orang lain dan menaati peraturan yang berlaku dengan
benar, siap menerima segala konsekuensinya jika melanggar peraturan tersebut,
dan mampu mempertanggung jawabkan setiap apa yang kita kerjakan.
Dalam penananman disiplin kelas,
manfaat yang diperoleh tidak hanya hasil belajar yang berkualitas, namun
penanaman disiplin kelas juga bertujuan untuk membentuk peserta didik yang
berkepribadian santun dan berkarakter, yang mampu menghargai dan memanfaatkan
waktu dengan baik, taat pada peraturan serta dapat mempertanggung jawabkan
segala tindakannya. Dalam pelaksaan disiplin kelas, harus berdasarkan dalam
diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apa pun usaha
yang dilakukan oleh orang disekitarnya hanya akan sia-sia.Contoh pelaksanaan
disiplin kelas :
- Datang
ke sekolah tepat waktu
- Rajin
belajar
- Menaati
peraturan sekolah
- Mengikuti
upacara dengan tertib
- Melaksanakan
dan mengumpulkan tugas dengan baik dan tepat waktu
11.3 Strategi Penanaman Disiplin
Kelas
Dalam penerapannya, disiplin kelas
tidak dapat begitu saja diberikan kepada peserta didik. Dalam hal ini
dibutuhkan sosialisasi yang baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk
itu, dalam penanaman disiplin kelas memerlukan strategi yang jitu, yakni dengan
menggunakan pendekatan yang baik terhadap peserta didik. Strategi yang dapat
digunakan dalam penanaman disiplin kelas tersebut antara lain :
1.
Dengan
model contoh yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Dalam hal ini guru
memberikan contoh tentang cara bersikap, bertutur, dan berperilaku yang baik
yang sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku.
2.
Penerapan
peraturan tata tertib yang fleksibel, yang nyaman dan tidak membuat peserta
didik merasa tertekan selama proses belajar.
3.
Menyesuaikan
peraturan dengan psikologi dan perkembangan anak. Hal ini bertujuan supaya anak
tidak merasa tertekan dan perkembangannya tidak terganggu karena tekanan
terhadap psikologinya.
4.
Melibatkan
peserta didik dalam pembuatan aturan atau tata tertib, supaya siswa merasa
memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri, meski pada
kenyataannya peraturan tersebut dibuat dan disepakati bersama.
5.
Menjalin
hubungan sosial yang baik dengan peserta didik agar tercipta suasana
kekeluargaan yang nyaman.
6.
Mengajarkan
untuk hidup menurut prinsip struktur otoritas. Hal ini berkaitan dengan prinsip
dalam bertindak yang sesuai dengan aturan Tuhan YME.
7.
Memperlakukan
orangtua peserta didik sebagai mitra kerja. Seorang pendidik sudah seharusnya
bekerjasama dengan orangtua peserta didik dalam penanaman sikap disiplin.
Karena bagaimana pun keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses
belajar anak.
8.
Mengatur
dan menciptakan suasana kelas dengan baik. Kelas yang teratur dapat menjadi
wadah peserta didik dalam “mengikuti arus” saat proses belajar dijalankan. Hal
ini berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan fisik sekolah, misalnya : penataan
ruang kelas, pangaturan tempat duduk, dan persiapan mengajar.
9.
Pemberian
reward (penghargaan) kepada siswa
yang berperikalu baik. Hal ini dapat memacu siswa untuk menaati kedisiplinan.
11.4 Faktor yang Mempengaruhi
Strategi Penanaman Disiplin Kelas
Dalam proses penanaman disiplin
kelas tentu tida terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
penanaman disiplin kelas itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi tersebut tentu
faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Untuk lebih
jelasnya mari kita lihat keterangan berikut !!
A.
Faktor
internal :
a.
Faktor
fisiologis,
yang termasuk dalam
faktor fisiologis antara lain, pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani,
keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang di derita. Faktor
fisiologis ikut berperan dalam menentukan disiplin belajar siswa. Siswa yang
memiliki keadaan fisiologis yang sehat cenderung dapat melaksanakan disiplin
kelas dengan baik.
b.
Faktor
Psikologis,
Faktor
psikologis yang dapat mempengaruhi proses disiplin kelas :
1. Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang
yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih
hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi
terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.
2. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar.
Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh hasil
yang lebih baik. Dan apabila peserta didik mempelajari sesuatu yang kurang sesuai dengan bakatnya, tingkat kedisiplinannya juga rendah.
3. Motivasi
1. Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang
yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih
hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi
terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.
2. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar.
Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh hasil
yang lebih baik. Dan apabila peserta didik mempelajari sesuatu yang kurang sesuai dengan bakatnya, tingkat kedisiplinannya juga rendah.
3. Motivasi
Motivasi
merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk
memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai
tujuan.
4. Konsentrasi
Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis
yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap
suatu obyek (materi pelajaran).
untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk
memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai
tujuan.
4. Konsentrasi
Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis
yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap
suatu obyek (materi pelajaran).
5. Kemampuankognitif
Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga
dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif lebih
diutamakan.
b. Faktor Perorangan
Yang dimaksudkan
faktor perorangan adalah sikap seseorang terhadap suatu peraturan. Walaupun
sudah mengetahui tentang ketentuan atau peraturan yang sudah ada masih juga
dilanggar, atau bersikap acuh tak acuh terhadap ketentuan tersebut. Hal ini
dapat dilihat dari murid-murid yang tidak mau mengindahkan peraturan digariskan
baik oleh guru/wali kelas maupun oleh sekolah. Sebagai contoh misalnya hari
Senin murid-murid diharuskan untuk ikut apel bendera dan memakai pakaian
seragam sekolah. Tetapi peraturan tersebut masih juga dilanggar murid, walaupun
ia sudah mengetahuinuya. Ia tidak ikut apel dan bahkan tidak memakai pakaian
seragam dengan disengaja.
B.
Faktor
eksternal :
a.
Faktor Sosial
Yang dimaksudkan
dengan faktor sosial di sini adalah faktor manusia sebagai makhluk sosial yang
berkaitan dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka
manusia mempunyai kecendrungan-kecendrungan sebagai berikut :
1). Manusia didalam
kelompoknya selalu ingin diikutsertakan.
2) Manusia didalam kelompoknya ingin diperhatikan.
3). Manusia didalam
kelompoknya selalu ingin berhasil dan dihargai kelompoknya.
4). Manusia didalam kelompoknya memerlukan penghargaan dan
perasaan diperlukan oleh orang lain.
5). Manusia didalam kelompoknya memerlukan sesuatu yang dapat membebaskan diri dari keterikatan waktu dan
ruang.
Murid-murid atau
siswa-siswa sebagai manusia, makhluk sosial tidak terlepas dari
kecendrungan-kecendrungan tersebut. Oleh karena itu seorang guru/wali kelas
dalam usaha untuk menciptakan, memelihara dan meningkatkan disiplin kelas harus
memperhatikan hal-hal tersebut. Sebagai contoh seorang guru/wali kelas dalam
mengambil suatu keputusan yang menyangkut kepentingan kelas, tanpa berunding
dengan murid-murid, mengakibatkan keputusan-keputusan tersebut tidak
dilaksanakan atau dipatuhi oleh murid-muridnya.
b.
Faktor Nonsosial
·
Lingkungan fisik
Dalam hal ini
lingkungan fisik berkaitan dengan suasana kelas/sekolah, dan sarana prasarana
yang ada. Lingkungan kelas yang baik dapat membangkitkan semangat peserta didik
maupun pengajar untuk melaksanakan disiplin kelas dengan baik, namun sebaliknya
apabila lingkungan kelas maupun sekolah tidak baik dan tidak mendukung, maka
persentase pelaksanaan disiplin kelas juga akan sangat kecil. Kelas yang
lingkungan kerjanya sehat dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik
antara murid dengan murid, guru dengan murid dan guru dengan guru akan
meningkatkan disiplin belajar mengajar dikelas. Selain itu lingkungan fisik
yang baik, juga dapat meningkatkan disiplin kelas. Lingkungan fisik yang baik
misalnya fasilitas kelas yang teratur dan tersusun rapi serta cukup. Kekurangan
fasilitas untuk belajar dapat menimbulkan kemalasan yang pada akhirnya
mempengaruhi disiplin kelas. Sebagai contoh misalnya seorang guru diserahi
tugas untuk mengajar bidang studi biologi. Ternyata buku wajib untuk
mengajarkan ilmu tersebut tidak ada, sedangkan guru tersebut hanya diberikan
GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) untuk bidang studi tersebut. Akibatnya
guru tersebut selalu mencari bahan-bahan pelajaran tersebut sesuai dengan GBPP
dari buku-buku lain yang materinya dipandang relevan dengan GBPP tersebut.
Apabila guru tersebut kewalahan mencari bahan-bahan pelajaran tersebut, maka
sudah barang tentu dia tidak akan masuk mengajar karena materi yang akan
disampaikan tidak ada. Kalaupun guru tersebut mengajar, maka materi yang akan
disampaikan kepada anak menyimpang dari ketentuan yang sudah digariskan dalam
GBPP untuk bidang studi biologi tersebut.
11.5 Strategi Penanganan Disiplin
Kelas
Dalam
praktiknya, pelaksanaan disiplin kelas tidak jarang mengalami masalah. Sebagai
misal, adanya oknum yang melanggar disiplin kelas yang telah disepakati. Maka
dari itu, untuk mengatasi adanya gangguan tersebut, perlu adanya strategi
penanganan disiplin kelas. Strategi ini dikelompokkan menjadi tiga, sesuai
dengan berat-ringannya pelanggaran yang terjadi.
1.
Penanganan
Gangguan Ringan
Gangguan-gangguan
ringan yang tidak mengganggu kelas memang sering terjadi. Namun ika
gangguan-gangguan kecil ini tidak segera ditangani, maka akan menjadi gangguan
besar. Sebagai contoh, seorang siswi memperlihatkan sesuatu kepada teman sebangkunya,
jika hal ini dibiarkan, maka siswa yang lain akan penasaran dan ikut melihat
sehingga kelas bisa menjadi ramai. Winzer (1995) menguraikan beberapa strategi yang
dapat digunakan pendidik untuk mengatasi gangguan tersebut. Antara lain :
a.
Mengabaikan
Ganggunguan
kecil dan ringan yang dianggap tidak akan mempengaruhi yang lain dapat
diabaikan saja.
b.
Menatap
agak lama
Untuk
mengatasi peserta didik yang melanggar bisa ditangani dengan menatapnya agak
lama.
c.
Menggunakan
tanda nonverbal
Penanganan
bagi peserta didik yang melanggar juga dapat diatasi dengan memberikan tanda
nonverbal, misalnya dengan mengangkat tangan, atau meletakkan jari diatas bibir
untuk menyuruh siswa yang gaduh diam.
d.
Mendekati
Trik
mendekati peserta didik yang melanggar juga dapat digunakan dalam mengatasi
adanya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Saat pendidik mendekati
peserta didik yang melanggar, dapat menimbulkan perasaan bersalah bagi peserta
didik, sihingga ia memiliki tanggung jawab atas perbuatannya.
e.
Memanggil
nama
Memanggil
nama siswa yang sedang melakukan pelanggaran kecil akan dapat membantu
memulihkan disiplin kelas asal dilakukan secara bijaksana, dan usahakan untuk
tidak membuat siswa sakit hati, ataupun tersinggung.
f.
Mengabaikan
secara sengaja
Strategi
ini biasanya digunakan untuk menangani siswa yang mencari perhatian yang
terlalu berlebihan. Misalnya siswa yang berlagak pintar, dan berlagak
menggurui,. Artinya, kita tidak perlu menegurnya, tidak mendekati, maupun
menatapnya. Hal ini dilakukan atas dasar asumsi bahwa tingkah anak yang mencari
perhatian berlebih akan menjadi-jadi jika kita menanggapinya.
2.
Penanganan
Gangguan Berat
Gangguan
berat merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik yang dapat
mempengaruhi siswa lain dan mengganggu jalannya proses belajar. Sebagai contoh
adalah adanya siswa yang berkelahi, membolos, ada yang tidak mau mengerjakan
tugasnya, sering terlambat, atau gangguan berat lainnya. Maka Winzer (1995)
mengemikakan beberapa strategi sebagai berikut :
a.
Memberikan
hukuman
Memberikan
hukuman pada siswa yang melakukan pelanggaran memang masih menjadi persoalan,
karena pemberian hukuman dianggap lebih banyak memberikan efek negative
dibandingkan efek positifnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Kohn (1996)
mengemukakan bahwa hukuman dapat memperparah masalah, meerusak hubungan
guru-siswa, dan menghambat proses perkembangan etika.
Winzer
(1995) menyatakan bahwa dalam pemberian hukuman ada hal-hal yang harus
diperhatikan :
·
Gunakan
hukuman jika hal tersebut dianggap sangat perlu.
·
Mulai
dengan hukuman yang ringan, misalnya : memberikan teguran yang halus sebelum
memutuskan memberikan hukuman.
·
Hukuman
harus diberikan secara adil dan sesuai dengan tingkat pelanggaran.
·
Ketika
memberikan hukuman, guru hendaknya memberikan contoh apa yang semestinya
dilakukan.
b.
Melibatkan
orang tua
Pendidikan
anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan sekolah.
Oleh karena itu, wajar jika seorang guru melibatkan orang tua dalam mengangani
masalah pelanggaran disiplin kelas. Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya
guru membuat laporan secara teratur kepada orang tua tentang perkembangan
anaknya. Termasuk pelanggaran yang dibuat maupun prestasi yang dicapai.
3.
Penanganan
Perilaku Agresif
Perilaku
agresif merupakan perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh siswa di dalam
kelas. Misalnya ada siswa yang berteriak, menyerang atau menyakiti siswa lain,
atau bahkan menyerang guru. Kita tentu mengharapkan hal-hal tersebut tidak
terjadi di kelas kita.jika perilaku agresif tersebut sampi muncul, kita harus
segera mengatasinya, dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Mengubah
tempat duduk.
Jika
ada siswa yang berkelahi dengan teman sebangkunya, maka perluadanya perpindahan
(rolling) tempat duduk, agar tidak terjadi perkelahian yang dapat mengganggu
suasana belajar.
b.
Jangan
terjebak konfrontasi atau perselisihan yang tidak perlu.
Kita
harus menyadari, ketika di kelas V dan VI merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan siswa yang biasannya menunjukkan sifat agresif. Untuk itu, kita
tidak boleh menanganinnya dengan kasar, bahkan kita tidak boleh mengucapkan
kata-kata kasar, karena jika kita menanganinya dengan emosi, maka masalah
justru akan bertambah parah.
c.
Jangan
melayani siswa yang agresif dalam keadaan emosi.
Kita
tidak boleh melayani siswa agresif dengan keadaan emosi, karena dapat
memperparah masalah.
d.
Tidak
mengucapkan perkataan kasar dan tidak menghina.
Penggunaan
kata-kata kasar yang menghina akan menimbulkan perasaan dendam siswa terhadap
gurunya. Di samping itu penggunaan kata-kata yang kasar akan menurunkan
martabat kita sebagai guru.
e.
Konsultasi
pada pihak lain yang lebuh berpengalaman.
Jika
guru dihadapkan pada perilaku / pelanggaran yang membahayakan siswa lain maupun
guru sendiri, sebaiknya guru segera meminta bantuan kepada orang yang sudah
ahli.
DAFTAR
PUSTAKA
Bolla,
J.I (1984), Keterampilan Mengelola Kelas,
Jakarta, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Danielson,
Ch. (1996), Enchanging Professional
Practice A frame work for Teaching, Alexandria, Virginia: Association for
Supervision and Curriculum Development.
Kohn,
A. (1996), Beyond Discipline From
Complience to Community, Alexandria, Virginia: Association for Supervision
and Curriculum Development.
Turney,
C. & Crains, L.G (1980), Sydney Macro
Skills Series 3 Classroom Management and Discipline, Sydney: Sydney University
Press.
Weber,
W.A. (1977), Classroom Management.
Dalam James M. Coeper (General Ed). Classroom Teaching Skills A Handbook
Lexington: D.C, Heath and Company.
Winzers,
M (1995), Educational Psychologyin the
Canadian Classroom. Scarborough, Ontario: Allyn & Baxon Canada