Unit 2
Karakteristik Pembelajaran di Sekolah Dasar
1. Standar Kompetensi
1.1 Mampu menjelaskan hakekat strategi
pembelajran, disiplin kelas;
1.2 menjelaskan karakterisrtik pembelajaran di
SD;
1.3 menjelaskan model-model pembelajaran;
1.4 menjelaskan prosedur pembelajaran;
1.5 menjelaskan kriteria pemilihan dan
penggunaaan metode mengajar;
1.6 menjelaskan kriteria pemilihan media
pembelajaran;
1.7 menjelaskan keterampilan dasar mengajar;
1.8 menerapkan keterampilan dasar mengajar;
1.9 menerapkan fungsi kegiatan remidial dan
pengayaan;
1.10
menerapkan pengelolaan kelas;
1.11
menerapkan dsisplin kelas; dan
1.12
menjelaskan pembelajaran yang efektif.
2. Kompetensi Dasar
2.1 Menjelaskan pengertian belajar
2.2 Menjelaskan hakekat belajar
2.3 Mengidentifikasi karakteristik belajar
2.4 Menjelaskan tahapan perkembangan psikologi
anak
2.5 Menjelaskan kegiatan pembelajaran
3. Indikator
3.1 Menjelaskan pengertian belajar
3.2 Menjelaskan hakekat belajar
3.3 Mengidentifikasi karakteristik belajar di SD
3.4 Menjelaskan tahapan perkembangan psikologi
anak SD
3.5 Menjelaskan kegiatan pembelajaran di SD
4. Materi Pembelajaran
4.1 Pengantar
Pada dasarnya tugas utama dari seorang
guru adalah mengajar. Dimana mengajar pada hakekatnya adalah membelajarkan
siswa dimana seorang guru berperan aktif dalam memotivasi dan membimbing siswa
untuk belajar. Dalam proses pembelajaran digunakan sebuah strategi-strategi
pengajaran yang tepat agar siswa mau untuk belajar.
4.2
Pengertian
Belajar
Banyak pengertian mengenai apa yang
dimaksud dengan belajar. Banyak tokoh mengartikan apa yang dimaksud dengan
belajar dan pengartiannya pun tidak sama. Berikut adalah pengertian belajar
dari beberapa tokoh :
“Menurut
Di Vesta dan Thompson (1970) mengartikan,
bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman.”
“Menurut Gagne (1984) mengartikan, bahwa belajar
adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.”
“ Menurut Moh. Surya (1997) mengartikan, bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.”
Dari pengertian tersebut terdapat ciri
pokok dari belajar, yaitu:
proses, perubahan perilaku, dan pengalaman .
4.3 Hakekat
Belajar
Galloway dalam Toeti
Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain
berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan
bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai
berikut.
·
belajar adalah perubahan
tingkah laku;
·
perubahan
terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;
·
perubahan
tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama
Berbicara tentang belajar
pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah sebagai
akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas
dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya
perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan belajar mengajar dikelas seorang guru
perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan
diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat
pribadi dalam diri siswa,agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya
tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis
berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa
sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi
yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat
orang belajar. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi
lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinyaguru harus
mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaranyang ada, yang
paling memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam
pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan ( Arief Sukadi
1984:8) dan terkontrol. Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam
kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah sebagai pengelola proses
belajar mengajar tersebut.
Dengan kata lain Tujuan
pendidikan secara operasional adalah memberikan pembelajaran bagi siswa agar
mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap bagi dirinya
(sesuai dengan kebutuhan hidupnya). Dari tujuan tersebut memunculkan aktivitas
belajar yang didefinisikan sebagai Proses perubahan perilaku pada
diri siswa sebagai hasil dari suatu proses pengalaman, baik intelektual,
emosional maupun fisik. Berdasarkan tinjauan ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang
dihasilkan dari pengamatan, penghayatan, berpikir atas masalah-masalah yang ada
dilapangan riil, juga memunculkan istilah belajar yang berarti belajar harus
berangkat dari masalah riil.
Terdapat 4 pondasi
yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu leraning to know, leraning to
do, learning to live together, dan learning to be.
Learning to know artinya belajar untuk mengetahui, dimana belajar
menargetkan siswa untuk melakukan pemahaman dan mengetahui apa yang sedang ia
pelajari. Sehingga nantinya belajar dapat merangsang dan menyadari bahwa
belajar adalah proses berkelanjutan.
Learning to do artinya belajar untuk berbuat, dimana belajar
menargetkan kita untuk melakukan sebuah proses. Dimana prose situ menuntut kita
untuk melakukan sebuah tindakan.
Learning to live
together artinya belajar untuk hidup
bersama, dimana belajar menargetkan kita untuk memiliki kemampuan hidup
bersama. Dalam hal ini siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman tentang
bagaimana cara hidup bermasyarakat di lingkungannya.
Learning to be artinya belajar untuk menjadi, dimana belajar menargetkan kita untuk menjadi
seorang individu yang mandiri yang nantinya menjadikan kita individu yang utuh
sesuai potensi, bakat, minat dan kemampuannya.
Dalam proses belajar
dipengaruhi 2 faktor yaitu intern dan eksterrn. Faktor dari dalam diri siswa
yang mempengaruhi hasil belajar (intern) seperti kecakapan, minat, bakat,
usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan, dan kebiasaan siswa.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi terhadap hasil belajar
diantaranya adalah lingkungan fisik, lingkungan nonfisik, lingkungan social
budaya, lingkungan keluarga, program dan disiplin sekolah, program dan sikap
guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah.
4.4 Karakteristik Proses Belajar dan
Tahapan Perkembangan Siswa di
Sekolah
Dasar
A.Karakteristik Proses belajar di Sekolah Dasar
Teori
belajar yang diimplementasikan ketika proses belajar akan mempengaruhi bahan
yang dipelajari, proses yang dilaksanakan dan hasil yang diharapkan. Proses
belajar sangat dipengaruhi oleh pendekatan atau startegi pembelajaran yang
dituntut dalam kurikulum saat ini adalah proses yang memaksimalkan semua
potesnsi yang dimiliki siswa.
a. Teori belajar
Terdapat
beberapa teori yang dapat dipertimbangkan dalam proses pembelajaran di SD.
1) Teori Belajar Disiplin Mental
Karakteristik teori
belajar ini menganut prinsip bahwa manusia memiliki kemampuan daya mental untuk
mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir, dan sebagainya (potensi dan
kemampuan) yang dapat dilatih dan dikembangkan. Hal ini biasa dilakukan oleh
siswa SD kelas rendah.
2) Teori Belajar
Asosiasi
Teori belajar ini
menitikberatkan pada perubahan perilaku yang menekankan pada pola perilaku yang
baru yang dilakukan berkali-kali sehingga menjadi sebuah rutinitas atau
kebiasaan. Dimana teori ini menonjolkan
stimulus-respons yang membentuk kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol.
Untuk melakukan kontrol dalam membentuk kemampuan siswa terdapatnya hukuman (punishment)
dan ganjaran (reward) . Karakteristik teori ini adalah menekankan
perubahan perilaku yang terkontrol dan terukur, adanya ganjaran dan hukuman,
adanya perencanaan mengajar yang khusus, serta
mengabaikan kemampuan berfikir siswa.
Dalam proses belajar ini
perlunya pengkondisian dari guru, seperti :
a. mempersiapkan tujuan
secara terukur, sistematis dan terarah,
b. mempersiapkan
strategi pembelajaran secara teliti,
c. mempersiapkan
ganjaran dan hukuman,
d. melakukan
stimulus-stimulus di awal pembelajaran,
e. tidak terlalu
memperhatikan kemampuan psikologis dan intelektual siswa.
3) Teori Insight
Teori belajar ini
berusaha untuk mengubah pemahaman siswa dimana siswa akan menggunakan
lingkungan sekitarnya sebagai lahan belajar. Sehingga siswa dituntut untuk
eksploratif, imajinatif dan kreatif dalam mencari informasi sebuah kejadian di
sekitarnya. Informasi tersebut digunakan untuk bahan pelajaran yang kemudian
diolah menjadi sebuah prinsip.
b. Tipe Belajar
Untuk
mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal dan optimal kita perlu mengenal
beberapa tipe belajar yang dikemukakan Gagne (1970). Menurut Gagne yaitu :
1. Signal learning
(belajar melalui syarat),
2. Stimulus-respon
learning (belajar melalui rangsangan dan tindak balasan),
3. Chaining learning
(belajar melalui perangkaian),
4. Verbal association
learning (belajar melalui perkaitan verbal),
5. Discrimination
learning (belajar melalui membeda-bedakan),
6. Concept learning
(belajar melalui konsep),
7. Rule learning
(belajar melalui aturan-aturan),
8. Problem solving
learning (belajar melalui pemecahan masalah).
c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah
sebuah puncak dari sebuah proses belajar. Dimana hasil belajar menunjukkan
perubahan perilaku yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari.
Menurut Romizoswki (1982) menyebutkan skema hasil belajar menunjukan kemampuan
seperti :
1. menunjukan
keterampilan kognitif berkaitan dengan kemapuan memecahkan masalah dengan
pemikiran yang logis,
2. menunjukan sikap
tanggap dengan situasi yang ada,
3. menunjukan
keterampilan yang tanggap terhadap hal yang berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan,
perasaan, dan kontrol diri.
4. menunjukan kemampuan
keterampilan dalam memimpin dan kemampuan berinteraksi sosial.
B.Tahapan Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar merupakan individu yang unik yang memiliki
karakteristik khas dan spesifik. Pada hakikatnya siswa itu akan tumbuh dan
berkembang. Dalam dunia pendidikan perkembangan siswa merupakan aspek yang
perlu diperhatikan dalam proses belajar. Perkembangan siswa sekolah dasar
termasuk pada masa pertengahan. Tahapan-tahapan perkembanganan siswa tersebut
dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan ini berkaitan dengan perkembangan berat, tinggi badan, dan
perkembangan motorik.
2. Perkembangan Sosial
Perkembangan ini berkaitan sebagaimana peran social setiap siswa sebagai
pribadi individu dan pribadi bermasyarakat.
3. Perkembangan Bahasa
Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan siswa dimana ia telah mampu
memnggunakan bahasa secara halus dan kompleks.
4. Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan siswa untuk bersikap disiplin
dan berorientasi pada peningkatan berfikir secara logis maupun manipulatif.
5. Perkembangan Moral
Perkembangan ini berkaitan dengan bagaimana siswa untuk memutuskan
tindakan bahwa yang dilakukannya adalah perbuatan baik.
6. Perkembangan Ekspresif
Perkembangan ini berkaitan dengan keaktifan siswa dalam berekspresi dalam
kegiatan yang sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.
7. Aspek-aspek Inteligensi
Dalam kehidupan sehari-hari intelegensi itu tak berfungsi secara murni.
Namun setiap individu mempunyai kemampuan dalam mencapur 7 bidang itelegensi
yang terus ditumbuhkembangkan pada setiap diri manusia. Aspek intelegensi
tersebut antaranya adalah :
a. Intelegensi linguistis,
b. Intelegensi logis-matematis,
c. Intelegensi spasial,
d Intelegensi musik,
e. Intelegensi fisik-kinestetik,
f.. Intelegensi intrapribadi,
g. Intelegensi Interpribadi.
8. Aspek Kebutuhan Siswa
Dimana aspek ini sebagai bahan pertimbagan dalam menentukan materi yang
akan dipelajari siswa sesuai kebutuhan siswa, baik kebutuhan psikobiologis
maupun kebutuhan social.
C. Tahapan
perkembangan psikologi anak SD
Tahap perkembangan
psikologi anak dimulai ketika anak sudah dapat berfikir secara logis serta
membuat keputusan entang apa yang dihubungkanya secara logis. Perkembangan ini
biasanya dimulai pada anak siap memasuki sekolah dasar. Masa perkembangan
psikologi ini meliputi :
a. Masa
kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 7-9 tahun
Sifat anak pada masa
ini sepeti berikut :
1)
Adanya
hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
2)
Sikap
tunduk kepada peraturan permainan yang tradisional.
3)
Adanya
kecenderungan memuji diri sendiri.
4)
Suka
membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
5)
Apabila
tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggap tidak penting.
6)
Pada
masa ini (terutama usia 7,0 - 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka raport)
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik
atau tidak.
b. Masa
kelas tinggi sekolh dasar kira-kira umur 10,0 – 12,0 tahun.
Sifat anak pada masa
ini seperti berikut :
1)
Adanya
minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, hal ini menimbulkan
adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan yang praktis.
2) Amat
realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.
3) Pada masa
ini, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai
prestasi sekolah.
Ciri-ciri
pribadi anak:
1) Kritis dan
realitis.
2) Banyak ingin
tahu dan suka belajar.
3) Ada perhatian terhadap hal-hal yang praktis dan
kongkret dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mulai timbul
minat terhadap bidang-bidang pelajaran tertentu.
Anak suka
berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar.
4.5 Karakteristik Pembelajaran di Sekolah dasar
A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah
Anak kelas
rendah adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Perkembangan
emosi anak usia 6-8 tahun telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang
lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan
telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya
anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan
obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata,
senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap
ruang dan waktu.
Tahapan
perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia SD, yaitu:
1.
Konkrit
Konkrit
mengandung makna proses belajar dimulai dari hal-hal yang yang bersifat nyata
yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan
titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan dalam belajar akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Karena Cara
belajar anak SD untuk kelas rendah masih bersifat kongkrit maka pelaksanan
pembelajaranya diupayakan sedemikian rupa sehingga anak banyak melakukan
kegiatan belajar melalui pengalaman langsung.
2.
Integratif
Pada tahap
usia SD anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka
belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
3.
Hierarkis
Pada tahapan
usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari
hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar
materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi. Pembelajaran di SD perlu
memperhatikan landasan psikologis yang mendasari perilaku belajar anak. Sebagai
seorang guru SD yang profesional Anda perlu memahami secara mendalam tentang
kajian psikologis dan teori belajar agar dapat mengaplikasikannya dalam
berbagai peristiwa belajar, serta mampu memecahkan masalah pada saat siswa
mengalami kesulitan dalalam belajar.
B. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Tinggi
Karakeristik perkembangan berfikir anak usia
kelas 4, 5, 6, sebagaimana telah kita bahas di muka memiliki implikasi terhadap
proses pembelajaran yang harus dirancang. maka siwa kelas tinggi maka siswa
kelas 4, 5, 6 anak perlu dikondisikan untuk dapat melakukan berbagai kegiatan
yang menatang dan siswa sudah mulai melakukan percobaan atau eksperimen dan
belajar memecahkan masalah. Dengan cara itu anak dapat membangun pengetahuan
melalui penalaran abstrak dan konkret atau deduktif dan induktif.
Penerapan berbagai kegiatan belajar di kelas tinggi
adalah Upaya guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi diperlukan
penguasaan bahan yang optimal, kemampuan memilih dan menggunakan strategi
pembelajaran yang relevan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan dituntut
kepiawaian guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menantang bagi siswa
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mapu memilih
dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Guru harus menguasai ragam
strategi ataupun metoda yang dapat membelajarkan siswa. Di kelas tinggi
menuntut guru untuk mampu menguasai multi metode dan multi media, menciptankan
atau mengorganisir lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar penuh
tantangan, mampu memecahkan masalah, mengelola kelas dan menggunakan media
sumber belajar yang bervariasi. Sementara itu ada beberapa perilaku yang sangat
membantu pencapaian pembelajaran yang efektif.
4.6
Penerapan kegiatan pembelajaran di SD
Upaya guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas tinggi diperlukan penguasaan bahan yang
optimal, kemampuan memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang relevan
dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dan dituntut kepiawaian guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang menantang bagi siswa pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mapu memilih dan menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi. Guru harus menguasai ragam strategi ataupun
metoda yang dapat membelajarkan siswa. Sebagaimana dikemukakan Udin
Wiranataputra (1997) Penerapan metode apa pun di kelas targetnya hanya satu
yakni proses belajar siswa. Oleh karena itu dalam menerapkan metode kita harus
selalu berpegang pada tercapainya intensitas belajar siswa secara optimal.
Proses belajar dinilai optimal bila melahirkan perubahan perilaku secara
bermakna. Ausubel (1974) merumuskan bahwa proses belajar dinilai bermakna (meaningful)
bila dalam diri siswa terjadi perpaduan belajar awal atau kemampuan awal (entry
behavior) dengan materi baru. Atau bila memakai formula Piaget (1986)
proses belajar dapat dinilai optimal bila terjadi mekanisme proses asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi secara harmonis dan menghasilkan kemantapan skemata
dalam pikiran.
Berbagai temuan penelitian seperti dicarikan
oleh Borich (1988) menunjukkan ada sejumlah perilaku guru yang besar sekali
kontribusinya terhadap pembelajaran yang efektif sebagai berikut.
1. Kejernihan sajian guru
2. Variasi dan fleksibilitas panyajian
3. Tingkat orientasi guru pada pencapaian
tujuan
4. Jumlah waktu yang dapat disediakan guru
agar sebagian besar aktivitas siswa tercurah pada kegiatan akademik
Sementara itu Crowford dkk (1978) dalam
Borich (1988) mengidentifikasi enam butir penting bagi guru sebagai berikut.
Guru seyogyanya memiliki sistem aturan yang memungkinkan siswa dapat memenuhi
kebutuhan personal dan prosedural secara bebas (Stalling & Kaskowitz, 1974;
Brophy & Everston, 1974), misalnya kapan siswa diberi kesempatan bertanya.
Guru seyogyanya menguasai kelas dan memonitor serta berkomunikasi mengenai
kemajuan belajar siswa, misalnya dapat mengendalikan perilaku siswa (Stalling
& Kaskowtz, 1974; Mac Donald, Elias, Stone, Wheeter & Lambert, 1975).
Pada saat siswa bekerja secara mandiri guru harus berupaya agar tugas yang
diberikan benar-benar bermakna dan mudah diselesaikan tanpa tergantung pada
guru, misalnya mencari pengertian kata-kata tertentu dari kamus. (Stalling
& Kaskowtz, 1974; Mac Donald, et al, 1975). Guru seyogyanya menekan sekecil
mungkin atau mengurangi pemberian arahan dan pengaturan kelas secara lisan.
Lebih baik buat jadwal kegiatan tertulis yang dapat dibaca oleh semua siswa,
misalnya Cobalah atur tempat dudukmu oleh masing-masing kelompok. (Mac Donald
et al, 1973). Seyogyanya guru memanfaatkan banyak sumber belajar dan lembar
kerja yang dapat digunakan oleh siswa sesuai dengan kemampuannya. (Stalling
& Kaskowtz, 1974; Brophy & Everton, 1976). Guru seyogyanya menghindari
menandai dan mengatasi secepatnya perilaku menyimpang sebelum merembet kepada
siswa lain. (Brophy & Everton, 1974, 1976). Mencermati kutipan di atas kita
dapat menyimpulkan bahwa hakikat pembelajran di kelas tinggi menuntut guru
untuk mampu menguasai multi metoda dan multi media, menciptankan atau
mengorganisir lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar penuh
tantangan, mampu memecahkan masalah, mengelola kelas dan menggunakan media
sumber belajar yang bervariasi. Sementara itu ada beberapa perilaku yang sangat
membantu pencapaian pembelajaran yang efektif sebagaimana dikemukakan Borich
(1978) dalam Udin Wiranataputra (1997)sebagai berikut.
1. Pemanfaatan pendapat siswa, contoh “Tadi
oleh Eri dikemukakan bahwa mandi secara teratur sangat penting”.
2. Pengarahan atau pemberian tuntunan, contoh
“Marilah sekarang kita bersamasama memperlihatkan peta ini.Coba mana yang
temasuk teluk”?
3. Penggunaan keterampilan bertanya contoh
“Siapa Pangeran Diponegoro? Mengapa ia berperang melawan Belanda?”
4. Pelacakan gagasan siswa (Probing), contoh
“ apa yang kau lihat pada saat Gerhana? Selain itu apa lagi? Dan seterusnya”.
5. Antusiasme atau semangat gairah, contoh
“Ibu senang sekali melihat pekerjaan kalian dan seterusnya.”
Semua hal tersebut di atas perlu kita maknai
secara cermat sebagai ramburambu bagi guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran di MI.
Dari sudut siswa ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagaimana di dasarankan oleh Harmin
(1974) dalam Udin Wiranataputra (1997) sebagai berikut.
1. Siswa harus merasa percaya diri dan siap
belajar.
2. Siswa harus lebih banyak terlibat dalam
proses.
3. Siswa harus dapat mengatur dan memotivasi
sendiri.
4. Siswa harus merasa nyaman untuk
berkomunikasi dengan siswa lain.
5. Siswa harus selalu trengginas dan siaga
terhadap segala hal yang akan terjadi dalam proses belajar.
Mencermati urian tersebut beberapa hal yang
harus dimiliki berkenaan dengan pembelajaran siswa di kelas tinggi yakni siswa
sebagai subyek belajar harus memiliki percapaya diri, aktif, mampu
berkomunikasi dan memiliki motivasi dan kesiapan dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Drs.
H. Muhammad Ali. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo bandung.
Moedjiono.
1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikhub Dirjen Dikti, Proyek
Pembinaan Tenaga Kerja Kependidikan.
Sri
Anitah W, DKK. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Tim
Pengembangan MKDK Kurpem. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Publikasi
Jurusan Kurikulum Teknologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia
http://proskripsi.blogspot.com/2011/12/hakikat-pembelajaran-di-sd-1-hakikat.html diakses pada tanggal 8 Maret 2013 pukul 07.38
http://proskripsi.blogspot.com/2011/12/hakikat-pembelajaran-di-sd-2-hakikat.html di akses pada tanggal 8 Maret 2013 pukul 08.08