Unit
3
Model – Model Pembelajaran
1. STANDAR KOMPETENSI
1.1
Mampu menjelaskan hakekat strategi pembelajaran,
disiplin kelas;
1.2
Menjelaskan
karakteristik pembelajaran di SD;
1.3
Menjelaskan
model-model pembelajaran;
1.4
Menjelaskan
prosedur pembelajaran;
1.5
Menjelaskan
kriteria pemilihan dan penggunaan metode mengajar;
1.6
Menjelaskan
kriteria pemilihan media pembelajaran;
1.7
Menjelaskan
keterampilan dasar mengajar;
1.8
Menerapkan
keterampilna dasar mengajar;
1.9
Menerapkan
fungsi kegiatan remidial dan pengayaan;
1.10
Menerapkan
pengelolaan kelas;
1.11
Menerapkan
disiplin kelas; dan
1.12
Menjelaskan
pembelajaran yang efektif.
2. KOMPETENSI DASAR
2.1 Menjelaskan model-model Pembelajaran, rumpun
model pembelajaran
3.
INDIKATOR
PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1 Menjelaskan
hakekat , manfaat, dan prinsip belajar kolaboratif
3.2 Menjelaskan
hakekat, manfaat, prinsip belajar
quantum learning
3.3 Menjelaskan
hakekat, manfaat, prinsip belajar
kooperatif
3.4 Menjelaskan
hakekat, manfaat, prinsip belajar
tematik
3.5 Menjelaskan dan
mendemonstrasikan rumpun mengajar model sosial
3.6 Menjelaskan dan
mendemonstrasikan rumpun model pemprosesan informasi
3.7 Menjelaskan dan
mendemonstrasikan rumpun model pribadi
3.8
Menjelaskan dan mendemonstrasikan rumpun model perilaku
4.
PEMBAHASAN
4.1
pengantar
dalam dunia pendidikan keberhasilan
pembelajaran sngata dipengaruhi oleh banyak faktor utamanya dalam kegiatan
belajar mengajar yaitu model pembelajarannya. Seorang guru harus mempunyai
kemampuan, pemahaman dan pengimplementasian strategi mengajarnya agar
keberhasilan tersebut tercapai, maka dari itu model-model dalam pembelajaran
merupakn hal yang sangta penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena
itu para pendidik perlu pengenalan terhadap model pembelajaran beserta
penerapannya dalam kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diharapkan.
4.2
isi
4.2.1
MODEL PEMBELAJARAN
KOLABORATIF
(COLLABORATIF LEARNING)
4.2.1.1
Hakikat Belajar Kolaboratif
Belajar
kolaboratif adalah bekerja sama antar siswa
dalam suatu kelompok memecahkan
masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dua unsur yang penting dalam
belajar kolaboratif adalah (1) adanya tujuan yang sama, dan (2) ketergantungan yang positif. Pertama, dalam mencapai
tujuan tertentu, siswa bekerja sama dengan teman untuk menentukan strategi
pemecahan masalah yang ditugaskan oleh guru. Dua orang siswa atau kelompok
kecil siswa berdiskusi untuk mencari jalan keluar, menetapkan keputusan
bersama. Diskusi ini
menimbulkan perasaan bahwa persoalan yang sedang didiskusikan adalah milik
bersama. Setiap orang mengemukakan ide dan saling menanggapi, yang akhirnya dapat mengembangkan pengetahuan
bersama maupun pengetahuan masing-masing individu. Kedua,
ketergantungan yang positif, maksudnya setiap anggota kelompok hanya dapat
berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama. Dengan demikian,
dalam belajar kolaboratif, ketergantungan individu sangat tinggi.
4.2.1.2
Prinsip-prinsip
belajar kolaboratif sebagai
berikut:
v
Mengajarkan keterampilan kerja sama,
mempraktikkan, dan balikan diberikan dalam hal seberapa baik keterampilan-keterampilan
digunakan.
v
Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan
kelompok yang kohesif.
v
Individu-individu diberi tanggung jawab untuk
kegiatan belajar dan perilaku masing-masing.
4.2.1.3
Manfaat Belajar Kolaboratif
Ø
Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena
interaksi dalam kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan
konsep.
Ø
Pebelajar belajar memecahkan masalah bersama
dalam kelompok.
Ø
Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, setiap
individu tidak dapat lepas dari kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat,
pendapat yang berbeda dan mampu
mengelolanya. Selain itu hakikat manusia sebagai makhluk sosial mereka tidak
dapat menyendiri melainkan memerlukan orang lain dalam hidupnya.
Ø
Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau
pendapat untuk pemecahan bersama setiap individu diarahkan untuk mengajarkan
atau memberi tahu kepada teman kelompoknya jika mengetahui dan menguasai
permasalahan.
Ø
Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam
mencapai suatu tujuan bersama dalam bekerja tidak terjadi tumpang tindih atau
perbedaan pendapat yang prinsip.
Ø
Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik
kelompok yang merasa memiliki tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar
menyebabkan mereka juga sangat
memperhatikan kelompok.
4.2.2
BELAJAR
KUANTUM (QUANTUM LEARNING)
4.2.2.1 Hakikat Belajar Kuantum
Model belajar ini muncul untuk menanggulangi masalah
yang paling sukar di sekolah, yaitu "kebosanan". Istilah Kuantum
secara harfiah berarti “kualitas
sesuatu", mekanis (yang berkenaan dengan gerak). De Porter & Hernacki (1999) mendefinisikan quantum learning sebagai
interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, sedangkan Agus
Nggermanto ( 2002) mengatakan bahwa quantum learning menjelaskan bagaimana cara
belajar efektif sehingga mendapat hasil yang sama dengan kecepatan cahaya.
Metode membaca kuantum adalah sebagian quantum mencapai kecepatan cahaya.
Quantum learning berakar dari upaya
Lozanov dengan eksperimennya tentang suggestopedia. Pinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail apa
pun memberikan sugesti positif atau negative. Beberapa teknik yang digunakan
untuk memberikan sugesti positif
adalah sebagai berikut:
1.
Mendudukan siswa secara nyaman.
2.
Memasang music latar di dalam kelas.
3.
Meningkatkan partisipasi individu.
4. Menggunakan poster untuk memberikan kesan
besar sambil menunjukkan informasi.
5. Menyediakan guru-guru yang terlatih dalam
seni pembelajaran sugesti.
Pembelajaran kuantum mengedepankan
unsur-unsur kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan.
Indikator keberhasilal pembelajaran kuantum adalah siswa sejahtera. Siswa
dikatakan sejahtera kalau aktivitas belajarnya menyenangkan dan menggairahkan.
4.2.2.2
Prinsip-prinsip Utama Pembelajaran Kuantum
1.
Segalanya berbicara, segala sesuatu lingkungan kelas
hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan sampai rancangan
pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2.
Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam
penggubahan mempunyai tujuan, yaitu para siswa mengembangkan kecakapan dalam
mata pelajaran.
3.
Berangkat dari pengalaman, proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa telah rnengalami informasi sebelum memperoleh label
untuk sesuatu yang dipelajari.
4.
Hargai setiap usaha, belajar mengandung risiko, belajar
berarti melangkah keluar dari kenyamanan, saat siswa mengambil langkah ini,
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya.
Pemberian pengakuan tersebut harus kuat dan konkret. Seperti kata "bagus,
baik, hebat, dan memuaskan" sudah lazim digunakan oleh guru, tetapi kurang
jelas apanya yang bagus, baik atau memuaskan, akan lebih konkret apabila
disebutkan bagian mana yang bagus, misalnnya paragraf yang kamu tulis bagus
sekali, jawabanmu tepat sekali, gambarmu sesuai dengan kenyataan, dan exelent.
Dengan demrkian, anak menjadi tahu bagian mana yang mendapat penghargaan.
5.
Rayakan setiap keberhasilan dengan memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan
meningkatkan asosiasi emosi yang positif. Sebagai guru, kita layak menanamkan
bibit kesuksesan dan selalu menghubungkan belajar dengan perayaan karena
perayaan membangun keinginan untuk sukses. Bentuk perayaan dapat berupa: tepuk
tangan, berteriak hore 3 kali, jentikkan jari, poster umum, catatan pribadi,
persekongkolan, kejutan, pengakuan kekuatan pujian kepada teman sebangku.
4.2.2.3
Manfaat Belajar Kuantum
a.
Suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergairah
belajar.
b.
Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di
sekelilingnya sebagai pendorong belajar.
c.
Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
d.
Apa pun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya di hargai.
4.2.3
BELAJAR
KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
4.2.3.1 Hakikat Belajar Kooperatif
Kooperatif
berarti bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu tujuan. Belajar kooperatif
adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja
bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang
lain. Idenya sangat sederhana. Anggota kelas diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok kecil setelah
menerima pembelajaran dari guru. Kemudian, para siswa itu mengerjakan tugas
sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya.
Kata
kooperatif digunakan apabila memacu pada anak-anak yang bersedia berbagi
bahan-bahan yang dimiliki. Belajar kooperatif bukan harmonisasi, dan sering
melibatkan konflik intelektual. Kegiatan kooperatif dapat dikatakan eksis
apabila dua orang atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
4.2.3.2 Prinsip Utama Belajar Kooperatif
1.
Kesamaan tujuan
Jika
suatu kelas bekerja sama dalam suatu permainan, tujuan kelompok adalah
menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak-anak lain senang atau
mengapresiasi kelompok itu. Namun, tujuan tiap anak mungkin tidak sama. Seorang
anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian
kelas lain, yang lain betul-betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk
mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan makin kooperatif.
2.
Ketergantungan Positif
Ketergantungan
antara individu-individu dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut.
1)
Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk
pengamal peningkat, penjelas atau perekam. Dengan cara ini tiap individu
memiliki tugas khusus dan kontribusi tiap orang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas.
2)
Pecahlah tugas rnenjadi sub-sub tugas yang diperlukan
untuk melengkapi keberhasilan tugas. Setiap anggota kelompok diberi sub tugas.
Input diperlukan oleh seluruh anggota kelompok.
3)
Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri
dari individu-individu.Anak-anak dapat bekerja berpasangan dengan penilaian
tiap pasangan dengan penilaian tiap pasangan.
4)
Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat
dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari
pertentangan satu sama lain.
5)
Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok
bekerja bersama untuk membangun kekuatan imaginatif, dengan aturan yang
ditetapkan oleh situasi. Misalnya, "kamu di suatu pulau dan harus
mencipakan rumah, petani dan masyarakat yang mencukupi diri sendiri".
Perbedaan
antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok dapat dilihat pada tabel
berikut.
Belajar Kooperatif
|
Belajar Kelompok
|
Memiliki beragam model
|
Hanya memiliki satu moel, yaitu beberapa siswa
tergabung dalam satu kelompok
|
Memilii
struktur, jumlah serta teknik tertentu
|
Memiliki
satu cara, yaitu menyelesaikan tugas tertentu bersama-sama
|
Mengaktifkan semua angota kelompok untuk berperan
serta dalam menyelesai tugas tertentu
|
Menimbulkan gejala ketergantungan antar angota
kelompok
|
Belajar
kooperatif menggalang potensi sosialisasi di antara angotanya
|
Sangat
tergantung dari niat baik setiap anggota kelompok
|
4.2.3.3 Manfaat Belajar Kooperatlf
1.
Meningkatkan hasil belajar
2.
Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar
kooperatif member kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dan
beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
3.
Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar,
belajar kooperatif darap membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan
tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.
4.
menumbuhkan realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar
berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar,
seperti pemahaman yang rumit, pelaksanaan kajian proyek, serta latihan
memecahkan masalah.
5. Memadukan dan menerapkan pengengetahuan
dan ketrampilan.
6. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di
kelas.
7. Relatif murah karena tidak memerlukan
biaya khusus untuk menerapkannya.
4.2.4
BELAJAR TEMATIK
4.2.4.1 Hakikat Belajar Tematik
Belajar
tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide
pokok (tema), melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang berkaitan
dengan tema. Pendekatan ini dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk
menciptakan konteks dalam berbagai jenis pengembangan yang terjadi sehingga apa
yang dipelajari atau dibahas disajikan secara utuh dan menyeluruh, bukan
bagian-bagian dari satu konsep yang utuh.Pappas (1995) mengatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong
partisipasi aktif pebelajar dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu
topic yang disukai pebelajar dan dipilih untuk belajar.
4.2.4.2 Prinsip Belajar Tematik
Belajar tematik menggunakan tema sentral
dalam kegiatan belajar yang berlangsung. Semua kegiatan belajar dipusatkan sekitar
tema tersebut. Meinbach( 1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik
mengombinasikan struktur, urutan, strategi, yang diorganisasikan dengan baik.
Kegiatan-kegiatan, bacaan, dan bahan-bahan digunakan untuk mengembangkan
konsep-konsep tertentu.
Para ahli mengasumsikan bahwa belajar tematik
merupakan suatu cara untuk mencapai keterpaduan kurikulum. Meinbach( 1995)
mengatakan dalam pembelajaran bahasa, unit tematik merupakan suatu epitome (kerangka isi) pembelajaran bahasa secara
keseluruhan (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara). Pappas ( 1995) mengatakan bahwa belajar tematik mencerminkan pola-pola berpikir,
tujuan, dan konsep-konsep umum bidang ilmu.
4.2.4.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik
yang khas dengan pembelajaran lainnya. Kegiatan belajarnya lebih banyak
dilakukan melalui pengalaman langsung atau hands
on experiences. Secara rinci Barbara Rohde dan Kostelnik, et.al. (1991)
mengemukakan karakteristik pembelajaran tersebut sebagai berikut:
1.
Tematik memberikan pengalaman langsung dengan
objek-objek yang riil bagi pebelajar untuk menilai dan memanipulasinya.
2.
Tematik menciptakan kegiatan di mana anak menggunakan
semua pemikirannya.
3. Membangun kegiatan sekitar minat-minat
umum pebelajar.
4. Membantu pebelajar mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada apa yang telah mereka
ketahui dan kerjakan.
5. Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang
menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik.
6. Mengakomodasi kebutuhan pebelajar untuk
bergerak dan melakukan kegiatan fisik , interaksi social, kemandirian, dan
harga diri yang positif.
7. Memberikan kesempatan menggunakan bermain
untuk menerjemahkan pengalaman kedalam pengertian.
8. Menghargai perbedaan individu, latar
belakang budaya, dan pengalaman di keluarga yang dibawa pebelajar kekelasnya.
9. Menemukan cara-cara untuk melibatkan
anggota keluarga pebelajar.
4.2.4.4
Perlunya Pembelajaran Tematik, Khususnya
di SD
1.
Pada
dasarnya siswa SD kelas awal memahami suatu konsep secara utuh, global/tematis,
makin meningkat kecerdasannya makin rinci dan spesifik pemahamannya terhadap
konsep tertentu.
2.
Siswa
SD kelas awal mengembangkan kecerdasannya secara komprehensif, semua unsur
kecerdasannya ingin dikembangkan sehingga muncul konsep pentingnya multiple intellegents dikembangkan.
3.
Kenyataan
hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utuh dan tematis.
4.
Ada
konteksnya.
5.
Guru
SD adalah guru kelas, akan lebih
mudah mengajar satu konsep secara utuh, akan sulit mengajar sub-sub konsep secara
terpisah-pisah.
4.2.4.5 Manfaat Belajar Tematik
Dalam
belajar tematik, ada perubahan peranan guru ari seseorang pemimpin dan penyedia
kebiajkan serta pengetahuan fasilitator, pebimbing, penantang, pemberi saran
dan organisator. Pembelajaran tematik menghadapkan pebelajar pada arena yang
realistic, medorong pebelajar memanfaatkan suatu konteks dan literature yang
luas. Pembelajaran ini juga membantu pebelajar melihat hubungan yang diantara
ide-ide dan konsep-konsep. Dengan demikian, akan meningkatkan pemahaman pebelajar
terhadap apa yang dipelajari. Disamping itu belajar tematik juga memberikan
kesempatan yang nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar belakang informasi
sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru. Pembelajaran tematis selain
memperhatikan kompetensi dan bahan ajar juga perlu memperhatikan logika,
estetika, etika, dan kinestetika serta life
skills (personal skills, social skills, academic skills, thinking skills,
vocational skills). Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
4.2.5 RUMPUN MODEL MENGAJAR MODEL
SOSIAL
Model pembelajaran sosial (Sosial Famly)
menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik agar memiliki
kecakapan untuk berhubu-ngan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap
peserta ddik yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas
social. Inti dari model sosial ini adalah konsep “synergy” yaitu energy
atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena
kehidupan masyarakat. Denman menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan
pada upaya melibatakn peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan
menerima fungsi dan peran social. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan
fenomena kerjasama, membimbing peserta didik mendefinisikan masalah,
mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpukan data yang
relevan, dan mengembangkan serta menguji hipotesis. Karena itu guru seyogyanya
mengorganisasikan belajar melalui kerja kelompok dan mengarahkannya. Jadi
pendidikan harus diorganisasi-kan
dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap
masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.
Model
interaksi sosial terdiri atas enam model pengajaran :
1.
model
penelitian kelompok : sebagai sumber proses demokrasi
pola belajar-mengajar yang dirancang
untuk mengembangkan keterampilan berpartisipasi secara demokrasi dan memecahkan
masalah secara ilmiah.
2.
model
penelitian sosial : model penelitian untuk ilmu pengetahuan sosial
pola belajar mengajar yang dirancang
untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan menggunakan
penalaran logis berdasarkan metode penelitian ilmiah.
3.
model
metode labolatorium
4.
model
jurisprodensial
5.
model
bermain peranan
6.
model
simulasi sosial
4.2.6 RUMPUN MODEL PEMPROSESAN
INFORMASI
Model pembelajaran pemrosesan informasi (information
processing Models) menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkukngannya dengan
cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan
rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada
peserta didik sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhtian
pada kengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada
sasaran belajar dan berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena
itu, model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang
berdimensi personal dan social di samping yang berdimensi intekeltual.
Model pemprosesan
informasi terdiri atas tujuh model pengajaran :
1.
model
berpikir induktif : pengumpulan, pengorganisasian dan pengolahan data.
Adalah pola belajar-mengajar
yang dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif yaitu mengajak
berpikir ilmiah dalam mengolah fakta sampai pembentukan teori sehingga akan
membentuk pribadi yang kritis.
2.
model
latihan inkuiri : dari fakta ke teori
pola belajar mengajar yang
dirancang untuk melatih siswa melakukan proses meneliti. Penelitian dihadapkan pada masalah yang
mengandng tantangan intelektual secara bebas, terarah kedalam kegiatan meneliti
untuk memperoleh pengetahuan.
3.
model
inkuiri ilmiah
4.
model
pemerolehan konsep : suatu dasar
berfikir
pola belajar mengajar yang
dirancang untuk memperoleh konsep dengan strategi mengajar :
a. Berorientasi pada menerima konsep,
b. Berorientasi mempertimbangkan dan memilih
konsep,
c. Berorieontasi pada kreaktifan siswa
memperoleh konsep.
5.
model
pertumbuhan berpikir
6.
model
advance organizer : perbaikan keefaktifan ceramah dan presentasi pengajaran.
David Ausubel : struktur
berpikir siswa ( susunan prilaku berpikir ) sejalan dengan susunan bahan
pengetahuan ( isi kurikulum ) dan bagaimana siswa mempelajari bahan pengetahuan
( belajar ).
Model advance organizer : pola
belajar mengajar yang dirancang untuk memperbaiki efektivitas prestasi, efisien
prilaku belajar, sehingga siswa dapat menyerap, mencerna dan mengingat bahan
pengajaran dengan baik.
7.
model
ingatan
4.2.7 Rumpun model pribadi
Model pembelajaran personal (personal famly)
merupakan rumpun model pembe-lajaran yang menekankan kepada proses
mengembangkan kepribadian individu peserta didik dengan memperhatian kehidupan
emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang
dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggun jawab, dan lebih
kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan
perhatian pada pandangan perseo-rangan dan berusah menggalakkan kemamdirian
yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung
jawab atas tujuannya.
Model pribadi
terdiri atas lima model pengajaran :
1. model pengajaran nondirective
2. model latihan kesadaran
3. model synectics : untuk mengembangkan
kreativitas
pola belajar mengajar yang
dirancang untuk melatih siswa mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah
secara kreaktif dan kreaktivitas pribadi.
4. model sistem konseptual
5. model pertemuan tatap muka : kesehatan
mental melalui proses berkelompok
pola belajar mengajar yang
dirancang untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri dan rasa tangguang jawab
pada diri sendiri dan kelompok.
4.2.8 Rumpun model perilaku
Model pembelajaran sistem prilaku dalam pembelajaran (Behavior
Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori prilaku. Melalui
teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui
penguaraian prilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan.
Model prilaku
terdiri atas tujuh model pengajaran :
1. model pengawasan diri : mengatur
lingkungan sekitar kita sendiri
pola belajar-mengajar yang
diranang untuk melatih siswa mengenal prinsip-prinsip prilaku, melakukan
pengawasan diri sendiri untuk berprilaku yang lebih baik. Pola ini mengubah keadaan lingkungan sehingga
mendorong terjadinya perilaku baru yang dikehendaki.
2. model relaksasi
3. model pengelolaan kemungkinan
4. model reduksi tekanan jiwa : suatu
prosedur dasar untuk mengurangi kegelisahan.
Pola belajar mengajar siswa
yang dirancanguntuk melatih siswa dapat mengganti perilaku yang tidak cocok
dengan perilaku yang baik, dapat mengurangi kegelisahan menjadi perilaku
kesantaian yang lebih menyenangkan dan memiliki kebiasaan hidup sehat.
5. model latihan bertindak tegas
6. model desensitization
7. model latihan langsung
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati.
Moedjiono. 1992. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Sumantri Mulyani. Permana Johar.1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
smpn2rantauselamatatim.files.wordpress.com/model-pbm