Unit 1 Hakekat Strategi Pembelajaran
1.
Standar
Kompetensi
1.1 Mampu
menjelaskan hakekat strategi pembelajaran, disiplin kelas;
1.2 menjelaskan
karakteristik pembelajaran di SD;
1.3 menjelaskan
model-model pembelajaran;
1.4 menjelaskan
prosedur pembelajaran;
1.5 menjelaskan
kriteria pemilihan dan penggunaan metode mengajar;
1.6 menjelaskan
kriteria pemilihan media pembelajaran;
1.7 menjelaskan
keterampilan dasar mengajar;
1.8 menerapkan
keterampilna dasar mengajar;
1.9 menerapkan
fungsi kegiatan remidial dan pengayaan;
1.10menerapkan
pengelolaan kelas;
1.11menerapkan
disiplin kelas; dan
1.12menjelaskan
pembelajaran yang efektif.
2.
Kompetensi
Dasar
2.1 Menjelaskan
konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran
3.
Indikator
3.1 Menjelaskan
konsep dan prinsip belajar
3.2 Menjelaskan
perbedaan Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran
3.3 Menjelaskan
faktor-faktor penentu dalam pemilihan strategi pembelajaran
3.4 Mengidentifikasi
strategi pembelajaran
4.
Materi
pembahasan
4.1
Pengantar
Sekolah erat kaitannya
dengan kegiatan belajar dan mengajar. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan
siswa guna mendapatkan ilmu. Sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan
guru untuk memberikan ilmu kepada siswa. Dalam setiap kegiatan pasti memiliki
tujuan. Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar dan mengajar memiliki tujuan yang harus dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan adanya strategi. Strategi merupakan sebuah upaya yang dilakukan agar tercapainya sebuah tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar strategi itu disebut dengan strategi pembelajaran.
Kegiatan belajar dan mengajar memiliki tujuan yang harus dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan adanya strategi. Strategi merupakan sebuah upaya yang dilakukan agar tercapainya sebuah tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar strategi itu disebut dengan strategi pembelajaran.
4.2
Isi
4.2.1
Konsep
dan prinsip belajar
Konsep Teori Belajar
Teori belajar atau
konsep belajar, yaitu suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana
proses belajar itu terjadi. Menurut Notoatmodjo (1997) bahwa teori belajar
dapat dikelompokkan dua kelompok, yaitu:
Teori yang hanya
memperhintungkan faktor yang datang dari luar individu (faktoreksternal),
dikenal dengan teori stimulus dan respons.
Teori yang
memperhitungkan faktor yang berasal dari dalam individu (faktor internal),
maupun yang berasal dari luar individu (faktor ekstern), dikenal dengan teori
transformasi. (Sunaryo, 2004).
Prinsip belajar
Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus
diterapkan didalam proses belajar mengajar . Seorang guru akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar
yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat
mengotrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinisp-prinsip belajar
itu.
Banyak teori dan
prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang
lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita
pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan mengajar. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1) Perhatian
dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan
informasi terungkap bahwa tanda adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar
(Gage dan Berline,1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada
siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses
yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai
kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami
anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam
lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat
dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan
minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang tersebut.Motivasi dapat bersifat internal artinya dating
dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni dating dari orang
lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.
a.
Motif intrinsic.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan.Sebagai contoh, seorang siswa dengan
sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya.
b.
Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada
diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta.Contohnya siswa
belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan
yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan
ijazah.Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Motif
ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut
“transformasimotif”.Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang
menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah
ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar
beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan
senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik
menjadi intrinsik.
2) Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya
jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi.Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak
mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3) Keterlibatan
Langsung/Berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman
belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar
yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara
langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap
hasilnya. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik
semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dan internalisasi nilai-nilai
dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4) Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of
exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan
antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu
memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.Walaupun kita
tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan
teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk
belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
5) Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan
belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untukmengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan
membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
6) Balikan dan
Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan
penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar “law of effectnya Thorndike”.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai
yang baik dapat merupakan penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat
nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal
sini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen,
metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang
memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7) Perbedaan
Individu
Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan
indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan
belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu
tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu
seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan
kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas
belajar kepada aspek-aspek tersebut. Siswa merupakan individual yang unik,
artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara
dan hasil belajar siswa.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
a. Penggunaan
metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi;
b. Penggunaan
metode instruksional;
c. Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi
siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
d. Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa.
4.2.2
Perbedaan Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien, Kemp (Wina Senjaya, 2008. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran
J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2)group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya,
2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi
pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi
pembelajaran deduktif.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam
teknik dan gaya pembelajaran. Teknik pembelajaran dapat
diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas.
4.2.3
Faktor-faktor
penentu dalam pemilihan strategi pembelajaran
Faktor
Pemilihan Srategi Pembelajaran
Dalam pemilihan strategi pembelajaran harus
mempertimbangkan beberapa faktor penting, diantaranya:
a. Karakteristik tujuan pembelajaran
Dalam memilih suatu strategi harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tipe perilaku yang diharapkan guru
dapat dicapai oleh siswa. Skenario pembelajaran disusun berdasarkan indikator
dan kegiatan pembelajaran yang terlampir dalam silabus, bahkan guru dapat
mengembangkannya.
b.
Karakteristik
anak dan cara belajarnya
Setiap guru harus menyadari adanya kenyataan bahwa terdapat
perbedaan individual dikalangan siswa. Berbeda dalam kemampuan belajar, cara
belajar, latar belakang, pengalaman dan kepribadian mereka. Karakteristik
anak/siswa kelas tinggi itu sendiri yaitu mampu menyusun urutan seri objek,
mengalami kemampuan berbahasa, sifat egosentris berkurang, bergeser ke
sosiosentris dalam berkomunikasi, dan sudah dapat menerima pendapat orang lain.
Karakteristik tersebut dapat mempengaruhi gaya belajar mereka yang lebih
menekankan pada keterampilan proses atau kektifan anak yang sudah menggunakan
pikirannya untuk mencoba-coba, menemukan, dan mengeksplorasi keingintahuannya.
c.
Tempat
berlangsungnya kegiatan belajar
Daerah/lokasi/tempat kegiatan juga berpengaruh
terhadap pemilihan suatu strategi pembelajaran. Daerah perkotaan lebih lengkap
fasilitasnya daripada daerah pinggiran atau pedalaman. Sumber atau fasilitas
yang dimaksud meyangkut peralatan, ruangan. Strategi pembelajaran sangat
ditentukan oleh jenis dan jumlah sumber yang tersedia untuk melaksanakan
strategi tersebut secara efektif. Misalnya strategi pembelajaran dengan ceramah
untuk kelas besar membutuhkan sedikit sumber dan fasilitas dibanding suatu
kerja laboratorium yang membutuhkan peralatan cukup banyak dan ruangan yang memadai. Selain itu, kegiatan belajar yang dilaksanakan di
alam akan memiliki dampak yang berbeda dengan di kelas. Siswa lebih suka dan
tertarik keadaan yang bebas. Apabila pelaksanaan pembelajaran dikalukan di
kelas terus-menerus siswa akan bosan, apalagi ditambah kelas yang kotor. Oleh
karena itu, tempat belajar perlu dipertimbangkan dalam pemilihan strategi
pembelajaran.
d. Tema pembelajaran
Tema atau materi dalam pembelajaran dapat mempengaruhi
pemilihan strategi pembelajaran. Strategi yang akan dipilih harus disesuaikan
dengan tema atau materi pelajaran yang akan disampaikan. Dengan begitu, materi
yang diajarkan diharapkan dapat sampai kepada siswa dan siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pola kegiatan
Pada dasamya pola kegiatan yang diciptakan oleh guru
dan siswa berkaitan dengan keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat
memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi
pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori. Misalnya saja strategi kegiatan
pembelajaran presentasi tepat apabila digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran aspek kognitif, tetapi hal ini tidak tepat digunakan untuk
mencapai tujuan pempelajaran aspek afektif. Tujuan pembelajaran aspek afektif
lebih tepat menggunakan pola kegiatan interaktif.
Langkah-langkah
menentukan strategi pembelajaran, yaitu:
a) Bentuklah
atau ciptakan suasana kondusif di dalam ruangan.
b) Di dalam kelas agar selalu bersih, agar
kelas nyaman untuk digunakan mengajar.
c) Pastikan siswa sudah memiliki buku pegangan
berupa LKS atau buku sejenisnya, minimal satu buku untuk
dua orang anak. Agar saat guru memberikan materi, siswa bisa lebih
memperhatikan dan memahami pelajarannya.
d) Memakai mediator yang menarik saat memperagakan pelajaran yang
memerlukan alat-alat peraga.
e) Guru perlu up to
date dengan kabar-kabar terkini yang berhubungan dengan mata
pelajaran IPA. Karena IPA dari masa ke masa pasti akan berkembang dalam materi,
metode pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman.
f) Tentukan strategi yang pas (cocok) digunakan dan sesuai dengan materi.
g) Strategi yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik anak,
siswa kelas berapa yang dihadapi? Apakah nantinya dia mampu menerima materi
kalau diajar dengan strategi ini? (misalkan anak usia SD kelas tinggi tentunya
akan sulit diajar menggunakan strategi pembelajaran berbasis penemuan).
h) Strategi yang digunakan sesuai dengan materi yang
disampaikan dan sesuai dengan kebutuhan. Jadi guru tidak asal-asalan dalam
menggunakan strategi.
4.2.4
Indentifikasi Strategi
Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan
suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran.
Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi
pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran
secara spesifik. Adapun beberapa pengertian tentang strategi pembelajaran
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
- Hamzah B. Uno (2008:45)
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu
diperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
- Dick dan Carey (2005:7)
Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen dari
suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi
peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan
selanjutnya.
- Suparman (1997:157)
Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan
bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
- Hilda Taba
Strategi pembelajaran adalah pola atau urutan tongkah
laku guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran secara sadar dan
sistematis.
- Gerlach dan Ely (1990)
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
- Kemp (1995)
Stategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Budimansyah, Darsim dkk. 2008. PAKEM.Bandun :
PT GANESINDO
Gulo, W, 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Grasindo.
Tim D II PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press.